Jumat, 30 Desember 2011

Gudeg “Wijilan” Khasnya Jogja

Mau gudeg ya Jogja tempatnya. Di Jogja Anda akan temukan banyak sekali warung yang menjajakan makanan khas ini. Akan sangat nikmat bila disantap pada malam hari di lesehan-lesehan dipinggir jalan kota Jogja seperti di malioboro, apalagi suasana kota Jogja yang sangat khas dan ramah. Suasana seperti inilah yang membuat orang akan selalu mengenang dan ingin selalu kembali menikmati Gudeg di Jogja.

Menyebut gudeg Jogja, otomatis ingatan kita akan tertuju pada sebuah kampung yang terletak di sebelah timur Alun-alun Utara Kraton Jogja. Dari kampung inilah, masakan khas yang berbahan dasar ‘gori’ ini menjadi populer hingga seantero dunia. Tak heran wisatawan yang berkunjung ke Jogja rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini.

Warung gudeg yang berderet di sebelah selatan Plengkung Tarunasura (Plengkung Wijilan) ini memiliki sejarah panjang. Ibu Slamet adalah orang pertama yang merintis usaha warung gudeg di tahun 1942. Beberapa tahun kemudian warung gudeg di daerah itu bertambah dua, yakni Warung gudeg Campur Sari dan Warung Gudeg Ibu Djuwariah yang kemudian dikenal dengan sebutan Gudeg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.

Ketiga warung gudeg tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun. Sayangnya, tahun 1980-an Warung Campur Sari tutup. Baru 13 tahun kemudian muncul satu lagi warung gudeg dengan label Gudeg Ibu Lies. Dan sampai sekarang, warung gudeg yang berjajar di sepanjang jalan Wijilan ini tak kurang dari sepuluh buah.

Gudeg Wijilan memang bercita rasa khas, berbeda dengan gudeg pada umumnya. Gudegnya kering dengan rasa manis. Cara memasaknya pun berbeda, buah nangka muda (gori) direbus di atas tungku sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam untuk menguapkan kuahnya.

Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek dipindang yang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedas merupakan paduan sayur tempe dan sambal krecek.

Ketahanan gudeg Wijilan ini memang cocok sebagai oleh-oleh, karena merupakan gudeg kering, maka tidak mudah basi dan mampu bertahan hingga 3 hari. Tak heran jika gudeg dari Wijilan ini sudah “terbang” ke berbagai pelosok tanah air, bahkan dunia.

Harganya pun variatif, mulai dari Rp 10.000,- sampai Rp 100.000,-, tergantung lauk yang dipilih dan jenis kemasannya. Bahkan ada yang menawarkan paket hemat Rp 5.000, dengan lauk tahu, tempe, dan telur.

Seperti kemasan gudeg-gudeg di tempat lain, oleh-oleh khas Jogja ini dapat dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar). Yang lebih unik, beberapa penjual gudeg Wijilan ini dengan senang hati akan memperlihatkan proses pembuatan gudegnya jika pengunjung menghendaki.

Bahkan, di warung Gudeg Yu Djum menawarkan paket wisata memasak gudeg kering bagi Anda yang ingin memasak sendiri. Anda akan mendapat arahan langsung dari Yu Djum. Seharian penuh Anda akan belajar membuat gudeg, dari mulai merajang ‘gori’, meracik bumbu, membuat telur pindang, sampai mengeringkan kuah gudeg di atas api.

Melengkapi sajian nasi gudeg Wijilan akan lebih pas disertai minuman the poci gula batu. Dijamin Anda akan ketagihan.

Resep Umum

Bahan :

  • Nangka muda 500 gr
  • Ayam bertulang 500 gr
  • Daun salam secukupnya
  • Santan, secukupnya sampai gudeg di kuali/panci terendam.
  • Telor rebus, kupas 4 buah

Bumbu halus :

  • 18 butir bw merah
  • 6 siung bw putih
  • 3 sdt tumbar bubuk
  • 2 sdm lengkuas cincang
  • 200 gr gula jawa
  • garam dan gula pasir
  • 40 gr asam jawa

Cara Masak :

  1. Masukkan semua bahan di kuali/panci kecuali telur.
  2. Masak sampai mendidih.
  3. Aduk-aduk sampai rata.
  4. Kecilkan api, masak terus nggak boleh diaduk sampai kuah habis trus warnanya coklat tua gelap.
  5. Oh ya sebelum kuah hampir habis masukkan telor rebus.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons