Minggu, 15 Juli 2012

Cara Dapetin Saham di Ayobai.com

Ok.. LANGSUNG AJA DEH .. Gimana Cara Dapetin Sahamnya..

Caranya sederhana kok..

” Kita Bantu Promosikan Web tersebut.. Dengan Mengajak teman-teman kita untuk bergabung..menggunakan web tersebut.. gratis kok..sama kayak facebook.. GAMPANGKAN.. ???!! ^_^”

SEBAGAI IMBALNNYA..

Tiap Teman kita yang bergabung kita mendapatkan 1 SAHAM Dan jika teman kita mengajak orang lain kita dapat 1 saham lagi..

LALU GIMANA CARA BERGABUNGNYA..

1. Silahkan Klik : http://www.ayobai.com/ryanz512
2. Isi Formulir.. & selesai ..

GIMANA CARA MEREKRUTNYA..

Biar gampang caranya klik aja link berikut : http://adf.ly/AfZwJ

BERAPA JUMLAH SAHAM YANG DIPEOLEH ..

Ketentuannya silahkan klik link berikut : http://adf.ly/AfZqO

PENTING !!!
Program ini cuma sampai 17 AGUSTUS 2012
Makanya yang penting daftar aja buruan..
Klik : http://www.ayobai.com/ryanz512

Semoga bermanfaat.. ya.. ^_^

Senin, 25 Juni 2012

Air Bekas Mencuci Beras Banyak Khasiatnya

Buat kawan remaja yang setiap hari menanak nasi, nah waktu sehabis mencuci beras mending airnya jangan dibuang deh. Hmm mau tahu kenapa? Ternyata air yang pertama kali dipakai untuk mencuci beras banyak khasiatnya lho! Memang sih airnya keruh dan keliatan kotor tapi bisa menghilangkan jerawat, penyakit kulit dan menyuburkan tanaman. Wow!


Caranya hanya dengan membasuh wajah menggunakan air cucian beras yang telah di endapkan, diamkan selama 5 sampai 10 menit lalu bilas dengan air hangat. Sebaiknya ritual ini dilakukan ketika sebelum tidur untuk hasil lebih maksimal. Jangan salah, ternyata para wanita Cina, Korea dan Jepang juga menggunakan air cucian beras ini. Pantesan saja muka mereka pada kinclong-kinclong gitu. Hehe.

Air beras ini juga dapat menghilang kan penyakit kulit semacam panu/jamur juga kawan, caranya hampi sama, kamu tampung air beras itu dan biarkan hingga mengendap kemudian tinggal kamu oleskan di bagian yang terkena panu atau jamur, sama halnya dengan jerawat baik juga digunakan saat sebelum tidur.

Nggak cukup sampai disitu, air beras ini bisa juga untuk pupuk tanaman yang dapat menyuburkan dan meransang pertumbuhan tanaman. Nah, tinggal kamu siram saja ke tanaman kamu.

Wow! Memang nggak disangka-sangka ya ternyata air bekas mencuci beras itu manfaatnya sebesar itu. Pasti kamu juga nggak sadarkan telah membuang manfaat sebesar itu karena setiap mencuci beras kamu buang airnya. Dari pada megeluarkan biaya untuk membeli obat mendiangan dicoba saja cara yang satu ini. Selamat mencoba!

Inilah Asal-Muasal Batik Di Nusantara

Tahun 2009, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) mengeluarkan keputusan menggembirakan tentang status salah satu aset budaya kita. ‘Kain ‘berlukis’ khas Indonesia, batik, ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada 2 Oktober.


Menjadi bagian dari kekayaan seni dan budaya yang antik dan artistik menjadikan batik begitu penting bagi Indonesia. Ia diperjuangkan dari klaim sebuah negeri Melayu lain dan hari penetapannya sebagai ‘harta’ milik Indonesia ditetapkan sebagai Hari Batik.

Sejarah batik yang panjang menjadi bukti keantikan fashion etnik yang satu ini. J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik berasal dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua (Iwan Tirta dkk. [1996] dalam Batik: a Play of Lights and Shades Volume 1'). Sebagian referensi menduga batik berasal dari bangsa Sumeria dan berkembang di Jawa setelah dibawa pada abad 14 oleh para pedagang India, negara yang kala itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam Parsi, Persia.

Meski kata ‘batik’ secara etimologi diyakini berasal dari akronim dua kata dalam bahasa Jawa—amba yang berarti “lebar, luas, kain” dan matik yang berarti “membuat titik-titik”—kehadiran batik di Jawa tidak tercatat. Namun demikian, sejumlah prasasti dan arca mencatatnya dengan cara yang lain.

Detil ukiran kain menyerupai pola batik pada arca Prajnaparamita (arca dewi kebijaksanaan Buddhis) yang diperkirakan berasal dari abad 13 M dan ditemukan di Malang, Jawa Timur. Detil pakaian sang dewi menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa saat ini.

Sejarawan berkebangsaan Belanda G.P. Rouffaer dalam Iwan Tirta dkk (1996) menyebutkan, pola gringsing telah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Ia menyimpulkan bahwa pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Referensi lain mengenai perkembangan batik ada pada legenda dalam literatur Melayu abad 17, Sulalatus Salatin. Dalam literatur tersebut, dikisahkan bahwa Sultan Mahmud memerintahkan Laksamana Hang Nadim agar berlayar ke India untuk mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan motif 40 jenis bunga pada setiap lembarnya (Dewan Sastera Volume 31 Issues 1-6 [2001], dikutip oleh Wikipedia). Kain serasah tersebut ditafsirkan sebagai batik.

Sedangkan dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam History of Java karya Sir Thomas Stamford Raffles, yang pernah menjadi gubernur Inggris di Jawa ketika Napoleon menduduki Belanda. Dikisahkan, saat mengunjungi Indonesia pada 1873, seorang saudagar Belanda bernama Van Rijekevorsel memberinya selembar batik.

Raffles lalu menyerahkan kain tersebut ke museum etnik di Rotterdam dan dipamerkan di Exposition Universelle Paris. Pada masa itulah, setelah berhasil memukau publik dan seniman, batik mulai memasuki masa keemasannya (Nadia Nava [1991] dalam Il Batik, dikutip Wikipedia).

Pun demikian Cina. Pedagang asal Negeri Tirai Bambu itu mencatat tentang batik Nusantara sejak lama. National Museum of Singapore (2007) dalam “Batik: Creating an Identity” mengisahkan, pada awal abad ke-14 M seorang pedagang dari Dinasti Yuan bernama Wang Dayuan melakukan dua perjalanan laut ke wilayah Asia Tenggara.

Dayuan lalu menulis buku berjudul Dao Yi Zhi Lue di tempat yang kini bernama Sri Lanka. Buku itu berisi catatan cuaca, barang-barang produksi, orang-orang, dan adat istiadat di tempat-tempat yang dikunjunginya. Dalam catatan perjalanannya itu ia menulis bahwa orang-orang di Jawa timur membuat kain bermotif yang bagus dan tidak luntur.

Di Jawa, selain arca Prajnaparamita, sejumlah arca lain melengkapi catatan rekam jejak batik. Catatan dalam laman batiksolo.asia menyebutkan, pada patung emas Syiwa di Gemuruh Wonosobo (dibuat pada abad 9 M), terdapat motif dasar lereng. Sedangkan pakaian patung Ganesha di Candi Banon (abad 9 M) di dekat Candi Borobudur dihiasi oleh motif ceplok.
Motif batik juga ditemukan dalam motif pada patung Padmipani di Jawa tengah (diperkirakan dibuat sekitar abad 8-10 M). Motif liris melekat pada patung Manjusri di Ngemplak, Semongan, Samarang (abad 10 M).

Dalam beberapa literatur, sejarah perbatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya menegaskan hal itu. Raja pertama Majapahit yang memerintah pada 1294-1309 M itu mengenakan kain batik bermotif kawung.

Karena itulah, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan diwariskan secara turun temurun. Selanjutnya, wilayah Majapahit yang luas membuat batik dikenal semakin luas di Nusantara.

Namun menurut KRT Hardjonagoro, pakar terkemuka batik Indonesia, meski bermula pada masa Majapahit, sejarah dan perkembangan batik di Nusantara mulai terekam sejak masa Kerajaan Mataram Islam (berdiri abad ke-17) di Jawa Tengah. Di antara rekaman sejarah batik itu, yang dapat ditelusuri dari Keraton, adalah keberadaan motif porong rusak dan semen rama.

Awalnya, ia digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan, agar tampak lebih menarik. Lalu seiring perkembangan interaksi masyarakat dengan bangsa asing, perlahan dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional khusus di kalangan ningrat keraton.

Penjelasan dalam referensi-referensi tentang batik menunjukkan bahwa pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram Islam, kemudian pada masa-masa Kasuhunan Surakarta di Solo dan Kasultanan Yogyakarta. Jadi, seni batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada masa raja-raja berikutnya hingga menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, terutama Jawa.

Beberapa contoh kain sejenis batik yang berasal dari luar Jawa adalah sarita dari Toraja, tritik (Palembang, Banjarmasin, dan Bali), kain jumputan dan kain pelangi (Jawa, Bali, Lombok, Palembang, Kalimantan, dan Sulawesi.

Ada pula kain sasirangan dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan, serta kain cinde atau patola (Gujarat India) yang masuk ke Nusantara sebagai barang dagangan atau untuk ditukarkan dengan hasil bumi (Komaruddin Hidayat dan Putut Widjanarko [2008] dalam Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa). Batik menyebar luas pada akhir abad 18 hingga awal abad 19. Kesenian batik di sepanjang masa itu hanya menghasilkan kain-kain batik tulis, hingga kemudian batik cap (menggunakan pencetak dari kayu bermotif sebagai pengganti canting) mulai dikenal setelah Perang Dunia pertama.


Sumber : Republika.co.id

Setelah 120 Tahun, Badak Sumatra Akhirnya Melahirkan

Setidaknya dalam 120 tahun terakhir belum ada kelahiran badak secara alamiah di tempat hidup alaminya di dunia ini.

Setelah ratusan tahun ditunggu-tunggu masyarakat dunia, Ratu, induk betina badak Sumatra bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis) melahirkan seekor anak badak jantan pada Sabtu dini hari.

Induk badak yang berlokasi di penangkaran Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur, ini sudah hamil 15-16 bulan. Sekitar pukul 01.00 WIB Sabtu dini hari, seekor bayi badak jantan dalam kondisi sehat, begitu pula dengan induknya.
Badak cula dua

Kini keduanya dalam pengawasan ketat untuk menjaga kondisi satwa langka itu tetap terjaga. Namun belum diperoleh informasi secara resmi dari pihak Yayasan Badak Indonesia (YABI), Kementerian Kehutanan maupun Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) serta pengelola SRS TNWK.

Kelahiran badak bercula dua ini sangat ditunggu-tunggu dan menjadi catatan sejarah di dunia mengingat setidaknya dalam 120 tahun terakhir belum ada kelahiran badak secara alamiah di tempat hidup alaminya di dunia ini.

Populasi badak Sumatra yang ada di alam saat ini kian menurun. Jumlahnya diperkirakan hanya tersisa sekitar 200 ekor, sedangkan yang ada di luar habitat alaminya hanya tersisa 10 ekor (empat di TNWK, tiga di Sabah Malaysia, dan tiga ekor di Amerika Serikat).

TNWK berdiri sejak tahun 1998 merupakan tempat penangkaran badak Sumatra dalam upaya melindungi kelestarian populasi badak Sumatera di dunia.

Terdapat empat ekor badak di penangkaran ini, satu ekor jantan yang didatangkan dari Amerika Serikat (badak Andalas), dan tiga ekor betina (Bina, Ratu, dan Rosa).


Sumber : Beritasatu.com

Selasa, 22 Mei 2012

FT UMSU Ciptakan Alat Masak Tenaga Surya

MEDAN - Masyarakat Kota Medan diberikan sajian yang cukup spektakuler, oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), khususnya Fakultas Teknik (FT), dengan sebuah terobosan baru yakni alat masak tenaga surya atau disebut Solar Cooking.

Alat tersebut diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat, terlebih dalam menghadapi potensi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik.

"Ini merupakan sebuah agenda dengan tujuan sebagai bantuan, yang diperuntukkan bagi masyarakat guna mengantisipasi kenaikan harga BBM yang berpotensi naik. Alat ini mengandalkan tenaga surya. Pada prinsifnya diciptakannya melihat krisis energi yang tinggi tidak hanya di Indonesia dan dunia," ungkap Dekan FT UMSU, Rahmatullah kepada Sumut Pos (Grup JPNN), Senin (14/5).

Dijelaskannya, fokus sosialisasi alat masak alternatif bertenaga surya di seputaran Medan Utara, yang berdekatan dengan perairan Belawan, didasarkan karena di area tersebut cuaca dan suhu udara sangat strategis dalam pengoperasian alat tersebut. Selain itu pula, mayoritas masyarakat di seputaran perairan Belawan relatif, berada dalam tatanan masyarakat pra sejahtera.

"Masyarakat pesisir itu kebanyakan pra sejahtera, pekerjaannya seperti nelayan, petani dan pekerja tambak. Alat ini diorientasikan sebagai bantuan kepada keluarga-keluarga yang pra sejahtera. Kenapa diperkenalkan di area Belawan? Ini karena suhu dan udara sangat mendukung, untuk mengoperasikan alat tersebut. Sosialisasi alat masak alternatif ini sudah yang kedua kalinya. Jika pertama tanggal 16 April 2012 lalu, masih dalam tahapan memberikan penjelasan terhadap masyarakat mengenai fungsi alat itu. Yang kedua Kamis (10/5) lalu, yang langsung dengan penggunaan alat tersebut di tengah-tengah masyarakat," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok PKMM (Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat), Tim Endra Syahputra bersama ketiga rekannya bergelut, untuk menemukan terobosan tersebut kepada Sumut Pos juga menuturkan, pada prinsipnya alat tersebut telah digunakan di Benua Afrika. Dan apa yang dilakukan olehnya serta ketiga rekannya, lebih pada memperbarui keberadaan alat tersebut.

"Sebelumnya sudah ada dan digunakan di Afrika. Di sini kami membuat alat tersebut lebih baik lagi, dan diharapkan bisa membantu masyarakat khususnya bagi keluarga pra sejahtera," tuturnya.

Dijelaskannya, alat masak alternatif tenaga surya tersebut memiliki beberapa keunggulan dan kriteria tersendiri.

"Alat ini bisa bekerja efektif di atas suhu 45 derajat celcius. Pastinya, tidak membutuhkan biaya karena pakai tenaga surya. Aman digunakan dan ramah lingkungan. Kami berniat alat ini akan kami hibahkan ke masyarakat di Kampung Nelayan itu, agar bisa bermanfaat bagi mereka," cetusnya.


Sumber : JPNN.com

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons